Beruntung Tuhan Tidak Lupa Menerbitkannya.

Gallium
2 min readAug 29, 2021

Filosofi dahsyatnya makna bersyukur

A. Hakikat Manusia dan Hawa Nafsu

Secara intuitif, manusia adalah makhluk yang diliputi oleh rasa rakus, tamak, dan serakah. Bagi saya ini merupakan sifat naluriah bagi manusia untuk mendapatkan “lagi dan lagi” atau “lebih baik lagi dan lebih baik lagi”.

Orang yang kurang berkecukupan berusaha untuk menjadi kaya, sedangkan orang kaya berusaha menjadi lebih kaya. Orang yang kurang tampan berusaha menjadi lebih tampan, sedangkan orang tampan berusaha menjadi lebih tampan. Orang yang tidak bahagia berusaha untuk menjadi bahagia, sedangkan orang bahagia berusaha menjadi lebih dan terus berbahagia.

Lalu, apa masalahnya? Masalahnya adalah hal ini akan menimbulkan perasaan dan mental serba kekurangan. Perasaan dan mental ini akan menimbulkan kesehatan mental kita terganggu. Kita merasa kosong terhadap apa yang kita miliki dan terus mencari apa yang dikejar oleh hawa nafsu. Padahal jika kita sadari, masih banyak hal-hal yang bisa kita syukuri daripada kita sengsarakan.

B. Pentingnya Sebuah Pagar

Di sinilah letak pentingnya bersyukur. Rasa syukur dapat menancapkan sebuah pagar (parameter) atas pemenuhan hawa nafsu yang kita miliki. Harta, tahta, pasangan, jabatan, kemewahan dsb. Jika pagar ini hilang, maka tentu saja kita akan merasa sengsara. Sebab hawa nafsu ini akan terus-menerus meminta kebutuhannya dipenuhi, sebab yang menyertainya adalah sebuah pagar yang abstrak dan tidak jelas.

Ini sama saja dengan sebuah wadah sangat besar yang diisi oleh air. Volume air yang dibutuhkan tentu akan mengikuti wadahnya. Semakin besar wadahnya, semakin besar volumenya. Semakin kecil wadahnya, semakin sedikit pula volume airnya. Maka, di situlah letaknya nikmat (perasaan berbahagia atas pemenuhan kebutuhan yang tercukupi).

Fenomena ini mampu menjelaskan mengapa orang yang setiap hari memakan nasi bersama ikan asin, akan merasakan nikmatnya memakan daging ayam. Sedangkan orang yang setiap hari merasakan daging ayam tidak merasakan kenikmatan seperi orang yang setiap hari memakan nasi bersama ikan asin. Sebab parameter mereka berbeda.

Inilah pentingnya kesadaran atas rasa syukur. Banyak orang yang menginginkan apa yang kita miliki, tetapi kita tidak mensyukurinya.

Banyak orang yang tidak bernafas detik ini, dan Anda masih memilikinya.

Banyak orang yang buta warna, dan Anda masih bisa melihat indahnya warna.

Banyak orang yang terbaring di rumah sakit, dan Anda masih sigap dalam beraktivitas.

dan Beruntungnya kita semua masih bisa melihat terangnya matahari, dan beruntung Tuhan tidak lupa menerbitkannya.

Kita seharusnya mampu bersikap sadar atas nikmat yang kita miliki. Luangkan waktu sejenak untuk mensyukuri apa yang Anda punya, maka kebahagiaan dan ketenangan akan menghampiri Anda.

Tetapi hal ini berlaku hanya pada hawa nafsu, tidak pada kebaikan. Anda jelas harus menjadi lebih pintar jika Anda merasa kurang pintar. Anda jelas harus menjadi lebih rajin jika Anda bukan orang yang rajin. Sebab tulisan ini menekankan pada kesehatan mental Anda, bukan terhadap validitas atas stagnansi kekurangan Anda.

Terima kasih. Jangan lupa bersyukur.

“Definisi miskin itu bukanlah manusia yang memiliki lebih sedikit, tetapi manusia yang menginginkan lebih”

— Seneca

--

--

Gallium

Computer Science Student. Philosophy and Psychology Enthusiast. We’re building a great team @ agora.indonesia 🇮🇩